Thursday, February 01, 2018

The Greatest Showman



The Greatest Showman, film drama musical yang sejak awal penayangannya di bioskop menuai banyak pujian. Terinspirasi dari kisah nyata perjalanan hidup P.T. Barnum, tokoh utama dalam cerita ini yang diperankan oleh Hugh Jackman.

P.T. Barnum adalah pendiri The Barnum & Bailey's Circus 1891, yang kemudian bergabung dengan Ringling Brother pada tahun 1919 dan berganti nama menjadi Ringling Bros. and Barnum & Bailey Circus, namun sirkus keliling ini akhirnya berhenti beroperasi pada tahun 2017 setelah 146 tahun beroperasi, karena berkurangnya pengunjung dan mahalnya biaya operational. Selain itu bisnis sirkus akhir2 ini harus berhadapan dengan kelompok pencinta bintang dimana kelompok ini menilai binatang2 pada sirkus keliling dinilai diperlakukan tidak layak dan semestinya.

Sebaiknya kita menjauhkan pikiran bahwa film ini sepenuhnya diangkat dari kisah nyata perjalanan hidup P.T. Barnum, karena dari informasi2 yang bisa kita peroleh dari berbagai sumber di dunia maya, perjalanan hidupnya cukup berbelit. Jadi film The Greatest Showman lebih merupakan sebuah hiburan semi fiksi, yang dapat kita nikmati tanpa perlu mengkaitkan dengan perjalanan sejarah sebenarnya.

Layaknya sebuah hiburan selain menuai pujian pastinya menuai kritikan. Ada banyak nilai yang berusaha film ini sampaikan tapi sekali lagi ada beberapa bagian dari nilai2 yang hendak disampaikan dirasakan kurang tergarap dengan baik.

Berikut beberapa nilai baik yang dapat Kita petik dari film ini.
  1. Don't waste your food, syukuri dan nikmati makanan yang ada , karena banyak orang di Dunia ini yang masih kekurangan makanan hingga kelaparan.
  2. Bermimpi, karena segala sesuatu dapat terwujud jika Kita punya mimpi (Visi)
  3. Kerja keras, segala mimpi / visit yang Kita miliki hanya bisa Kita capai lewat kerja keras, jadi pantang menyerah, walaupun seolah2 setiap celah telah kita coba karena mungkin saja masih ada celah lain yang dapat Kita jalani.
  4. Everybody Unique, Tuhan menciptakan manusia satu sama lain berbeda, setiap dari kita diciptakan secara unik dengan kelebihan dan kekurangan diri kita masing2.
  5. Never Enough, diambil dari judul lagu yang dinyanyikan Jenny Lind. Jangan pernah berpuas diri dengan apa yang kita capai  karena diatas langit ada langit, tapi jangan juga membuat kita khilaf apa yang menjadi tujuan utama kita.
  6. Kesetiaan, godaan bisa datang kapan saja, hanya kata setia yang harus kita ingatkan pada diri kita sendiri agar selalu membuat kita ingat dimana kita harus berpijak.
  7. Komunikasi, Kita perlu membangun hubungan dengan sesama melalui komunikasi agar dapat mengerti Saturday sama lain dan juga dapat menyamakan visi dan misi.
  8. Keluarga, adalah pondasi utama menuju kesuksesan tentunya setelah iman kepada Tuhan.

Diluar segala kekurangannya, The Greatest Showman adalah sebuah tontonan yang sangat menghibur dan dapat dinikmati bersama keluarga sambil memetik nilai2 baik tentang kehidupan.


Thursday, January 25, 2018

Chef or Juru Masak


Aku sudah mengenal dapur sejak usia dini. Masakan pertama yang aku hasilkan dan dapat dinikmati keluarga adalah Sop Ayam dan itu aku masak sendiri saat usiaku 9 thn, kemampuan memasak ini didukung juga dengan pelajaran Pendidikan Keterampilan Keluarga (PKK) di sekolah, jaman dulu SD kelas 4 kita mulai belajar PKK dan bekal pelajaran PKK ini berguna sampai hari tua.

Kalau lihat acara2 perlombaan masak anak sejenis Junior Master Chef...aku malah terkagum2 anak2 itu memulai diusia yang lebih muda dari aku sudah bisa memasak dengan kelas seorang Chef.

Talking about Chef dari pengetahuan yg aku serap dari Chef Vindex, bahwa Chef adalah seseorang yang pernah mengecap pendidikan memasak sehingga mengetahui komposisi gizi makanan, teknik memasak dan juga menata makan. Berbeda dengan juru masak yang bisa memasak tanpa perlu memiliki pendidikan dasar memasak.  Well kalau dari penjelasan itu berarti kita yang berprofesi sebagai Ibu bekerja ataupun Ibu rumah tangga dan bisa memasak secara autodidak gak bisa masuk dalam kategori chef lebih tepat jika disebut juru masak.  Sedih juga, secara tanpa masakan ibu2 ini bagaimana anaknya bisa makan makanan sehat? Kenapa aku bilang makanan sehat, karena believe it or not ibu2 ini setiap hari anak berusaha mengatur komposisi sayuran yang disiapkan buat keluarganya agar memperoleh gizi seimbang. Jadi pada intinya ibu2 ini cooking with love.

Aku pribadi tidak pernah mengecap pendidikan sebagai chef ataupun mengikuti kursus memasak. Tapi berbekal pengetahuan dasar yang aku peroleh dari keluarga, membaca juga belajar dari orang2 lain yang pandai memasak, serta pengalaman belajar praktek langsung selama 33 tahun walaupun kadang on-off dan juga tidak selalu langsung berhasil saat emncoba menu2 baru yang kurang familiar, but I'm enjoy and happy cooking, senang bereksperimen untuk menu2 yang gak terlalu familiar di resep keluargaku dan juga tetap mempertahakan resep2 tradisi keluarga.  Kalau ada acara kumpul2 sama teman2 aku juga gak bisa datang sebagai pendekar tangan kosong, selalu aja ada keinginan membawa buah tangganku dari dapur tercinta.

Saat masih single, aku terbiasa membawa bekal ke kantor dan juga menyiapkan makanan untuk keluarga di rumah. Nenekku adalah partnerku yang paling hebat dalam hal ini.....namun sekarang Ia sudah berpulang ke rumah Tuhan dan akupun sudah berkeluarga, kini keseharianku masih tetap memasak dan menyiapkan bekal untuk anak2 dan suami, cuma sekarang sudah tanpa partner lagi karena aku terbiasa single fighter tanpa ART.

Walaupun aku tidak terhitung dalam kategori Chef dan lebih tepat masuk dalam kategori juru masak rumahan, I'm proud to be what I am. A loving mom for her family, yang selalu bersedia memasak dan memanjakan lidah keluarganya dengan masakannya.

Resolusi 2018


Keinginan untuk kembali menghias halaman blog ini dengan berbagai tulisan buah pengalaman Dan perenungan sudah muncul sejak beberapa waktu yang lalu...sebagai hasilnya berkenalan dengan beberapa penulis muda di dunia orange.

Tapi untuk kembali duduk manis mengetik Dan menuangkan semuanya kedalam kata-kata dihalaman blog kok susahnya minta ampun. Selalu aja punya alasan buat mengabaikan keinginan menulis. Pagi ini angin segar menyentuh jiwaku,membulatkan tekad buat membuka halamam blog ini dan mulai menulis kembali.

Again hambatan datang...gak bisa log in...oh no 😱 aku lupa email yg aku pakai buat login... celaka lah aku email yang mana ya???πŸ˜–πŸ˜¨... dah coba berbagai cara recovery kok gak muncul-muncul ini email dari blogger. Asli aku mulai frustasi, semuanya email yang pernah aku punya coba diurutin lagi krn ternyata ada juga yg provider email ya dah bye bye baby.

Bolak balik utak atik mikir-mikir πŸ€” sampai akhirnya UREKA tiba-tiba muncul di kepalaπŸ’‘ satu alamat email yang sudah lama banget gak aku buka than BINGO....blog-nya bisa di akses lagi horeeee.

Semoga dengan terbukanya Blog ini...aku mulai semangat lagi menulis dan berbagi cerita ya. Resolusi 2018 Rajin menulis Blog 😬

Tuesday, March 30, 2010

3 tahun telah berlalu


Tak terasa sudah 3 tahun lebih, aku absent mengisi blogku ini. Berawal dari kesibukan mempersiapkan pernikahan, mutasi kerja, kehamilan, hingga akhirnya bidadari kecilku lahir di bumi pesada Indonesia ini...begitu lah kira-kira sambutan dokter kandunganku, ketika bidadari kecilku dilahirkan.

Saat aku berjuang untuk memberikan ASI ekslusif baginya, bersamaan dengan berakhirnya masa cuti melahirkanku, maka aku harus kembali bekerja. Tetes air mata mengalir hampir setiap hari, kala aku harus berpisah dengannya untuk berangkat ke kantor atau saat aku kembali dari tempat kerja dan melihat bidadari kecilku telah terlelap. Selama masa itu pula aku terus berjuang untuk dapat memberikan ASI semaksimal mungkin baginya, segala daya upaya aku lakukan agar jumlah ASI-ku semakin bertambah banyak (perihal management ASI akan aku bahas di postingku selanjutnya) dan aku berhasil lulus memberikan ASI secara ekslusif pada 6 bulan pertama masa kehidupannya.

Atas kesepakatan dan pertimbangan bersama (aku dan suami), akhirnya aku memutuskan untuk meninggalkan pekerjaan tetapku sebagai seorang marketing senior dan beralih profesi menjadi ibu rumah tangga. Keputusan ini kami ambil dengan tujuan agar bidadari kecil kami dapat tumbuh dan berkembang dalam pengawasan orangtuanya secara langsung.

Aku tidak menyesal walaupun aku harus kehilangan penghasilan pribadiku, semuanya terbayarkan dengan seluruh perkembangan positif yang diperlihatakan oleh bidadari kecilku. Kini bidadari kecilku sudah berusia 1,5 tahun dan ia telah tumbuh berkembang dalam rasa aman karena dia yakin bahwa aku terus berada disisinya, bagaimana tidak? hingga kini aku masih terus memberikan ASI baginya dan aku bertekad untuk memberikannya hingga ia berusia 2 tahun, sesuai dengan ajuran dokter.

Saturday, November 25, 2006

Peringatan Tahun Pertama Ema


Tidak terasa, sudah genap 1 tahun Ema meninggalkan kami semua. Misa peringatan tahun pertama meninggalnya Ema, sengaja kami adakan pada hari Sabtu, 25 November 2006, dengan pertimbangan bahwa kami dapat mempersiapkan Misa ini secara lebih baik.

Tahun pertamanya sendiri seharusnya jatuh pada hari Senin, 20 November 2006. Pada hari itu kami masih melakukan tradisi keluarga kami memanjatkan doa-doa kepada Ema dengan tata cara keluarga yang sudah kami warisi secara turun termurun.

Hari senin 20/11/2006 itu aku datang ke kantor dengan membawa laptop kakakku agar pada waktu istirahat makan siang aku dapat memperbaiki teks Misa yang harus kami persiapkan untuk Misa hari sabtunya. Dan siang itu aku sudah berhasil memperbaiki sebagian besar dari teks Misa itu.

Ada berbagai perasaan yang sangat mengganggu aku pada hari itu, bukan karena pekerjaanku yang masih sangat banyak, tapi karena aku terkenang dengan memori yang aku miliki bersama dengan Ema.

Hari ini adalah hari Misa peringatan tahun pertama Ema dan aku boleh membaginya dengan keluarga dan orang-orang yang ‘peduli’ terhadap Ema. Rangkaian acara Misa dan santap malam berjalan dengan mulus sesuai dengan apa yang telah kami persiapkan. Kami merasa sangat senang karena kami sekeluarga dapat mempersiapakan dan mempersembahakan Misa peringatan tahun pertama untuk Ema. Misa ini merupakan hasil usaha terbaik yang dapat kami lakukan untuk mendoakan dan mengenang Ema kami terkasih. Damai Tuhan telah menyentuh diri Ema sehingga Tuhan telah membukakan jalan bagi Ema untuk memperoleh hidup kekal besama Bapa di Sorga.

Thursday, November 09, 2006

DENIAS – Senandung diatas Awan


Nonton adalah salah satu hobi yang sudah lama terlupakan karena kesibukanku banyak hal. Sebenarnya aku sangat menyukai kegiatan menonton film. Mengapa? Jawabnya karena dari film-film yang ditonton itu kita bisa menarik intisari ceritanya dan mengambil nilai-nilai yang berharga yang tersirat dalam film itu. Memang tidak semua film memiliki intisari cerita yang cukup bernilai, itu sebabnya seriring dengan waktu aku cenderung picky saat mau memutuskan film apa yang akan aku tonton.

Kurang lebih tanggal 28/10/2006, teman-temanku mengajak aku untuk menonton film berjudul “Kuntilanak”, serta merta aku menolak ajakan itu. Buat mereka nonton film ini hanya untuk lucu-lucuan saja, tapi buat aku kalau kita mesti duduk selama 1 – 2 jam menikmati sebuah film maka film itu mesti cukup punya ‘makna’, jadi aku bersikeras menolak dan akhirnya aku memutuskan untuk memilih film yang berbeda dan pilihanku jatuh pada “DENIAS – Senandung diatas Awan”, sebuah film karya anak bangsa yang bercerita tentang seorang anak Papua yang bercita-cita untuk sekolah. Sebelumnya aku memang sudah sempat membaca sinopsisnya di salah satu harian terkenal di Indonesia. Film yang ditujukan untuk anak-anak ini, tentulah dikemas sesuai dengan pangsa pasarnya sehingga secara pemilihan kata, dan plot cerita juga haruslah mudah dipahami oleh anak-anak.

Alur Cerita dari film ini sangatlah sederhana, adalah seorang anak laki-laki bernama Denias, yang lahir dari sebuah keluarga Papua yang masih sangat kolot, terkungkung dengan segala macam adat dan tradisi yang kalau kita pikir masih sangat ‘primitif’. Denias dan beberapa temannya memiliki kesempatan untuk bersekolah di sebuah sekolah semi permanet tanpa biaya, dimana guru yang mengajar disana juga seorang sukarelawan. Denias menjadi anak yang terpandai diantara teman-temannya yang tinggal disana. Sepeninggal Pak Guru Surkarelawan yang harus kembali ke tanah Jawa karena istrinya sakit, sekolah itu diajar oleh seorang tentara yang dikenal dengan nama Maleo. Namun Maleo juga tidak dapat bertahan lama karena selanjutnya dia juga harus berpindah tugas ke daerah lain. Pada perpisahannya Maleo meninggalkan sebuah surat untuk Denias, yang intinya adalah setiap orang harus memiliki tekad yang kuat untuk mencapai cita-citanya.

Denias yang memiliki keinginan besar untuk bersekolah akhirnya berjalan selama 3 hari 3 malam menyeberangi gunung untuk mencapai sebuah sekolah swasta yang berada di kompleks Freeport. Sesampai disana Denias berkenalan dengan Enos, seorang anak Papua yang juga putus sekolah karena tidak memiliki biaya.

Pertemuan Denias, Enos dan Ibu Guru di sekolah itu memberikan semangat pada Denias dan Enos untuk memperoleh pendidikan mereka. Apabila Denias melakukan serangkaian tes, maka Enos berjuang pulang ke kampung halamannya untuk mengambil Rapor sekolahnya. Tujuannya adalah satu untuk memperoleh kesempatan bersekolah kembali. Akhirnya Denias dan Enos berhasil untuk mendapat kesempatan bersekolah di sekolah swasta yang berada di kompleks Freeport tersebut.

Di ending cerita, terdapat catatan bahwa saat ini Denias masih menyelesaikan pendidikannya di tingkat universitas di Darwin, Australia, dan Enos di Univeristias Malang, keduanya memperoleh beasiswa dari Freeport.

Kisah yang diambil dari kisah nyata seorang anak bangsa yang bernama Denias ini sangat menyentuh…karena perjuangannya untuk memperoleh pendidikan yang lebih baik. Banyak dari kita lebih beruntung dari Denias maupun Enos, yang lahir dalam keluarga yang mampu untuk memberikan pendidikan dari masa kita kecil hingga pendidikan tinggi di unversitas, tanpa harus bersusah payah menobrak adat istiadat yang sangat kolot, mencari nafkah untuk bersekolah dan lainnya. Namun seringkali kita tidak cukup menyadari dan mensyukuri kondisi tersebut, sehingga tidak bersunguh-sunguh dalam menjalani pendidikan yang boleh kita kecap.

Film yang wajib ditonton untuk mengingatkan kita akan pentingnya pendidikan dan betapa beruntungnya kita yang boleh diberi kesempatan untuk memperoleh pendidikan yang cukup. Dan bagi sahabat-sahabat yang telah memberikan sumbangan besar pada pendidikan, film ini akan memberikan kita semangat untuk terus mendukung mereka, karena masih banyak anak-anak lainnya yang ingin menjadi Denias ataupun Enos…sehingga mereka bisa menjadi Denias…Denias dan Enos….Enos lainnya.

Beberapa dari kita telah menwujudkan perhatiannya akan pendidikan yang lebih baik bagi anak bangsa penerus masa depan bangsa, seperti halnya yang dilakukan olehYayasan Tunas Cendekia dengan Gelang Merah SolidaritasKEBERSAMAAN, juga sahabat-sahabat Yayasan Tunas Cendekia.

Sahabat….tetaplah kobarkan semangat untuk mendukung pendidikan anak-anak Indonesia….karena masa depan bangsa ada ditangan kita.

Monday, October 23, 2006

Beda Antara Cinta dan Cocok


Melanjutkan posting aku sebelumnya yang berjudul TRUE COMMITMENT, berikut aku posting sebuah artikel lama yang isinya indah banget untuk kita baca, renungkan dan doakan...agar bisa menemukan seseorang yang tepat untuk diajak menjalani TRUE COMMITMENT.
_____________

BEDA ANTARA CINTA DAN COCOK
Oleh: Dr. Paul Gunadi

Salah satu alasan paling umum mengapa kita menikah adalah karena cinta-
-cinta romantik, bukan cinta agape, yang biasa kita alami sebagai prelude ke pernikahan. Cintalah yang meyakinkan kita untuk melangkah bersama masuk ke mahligai pernikahan.

Masalahnya adalah, walaupun cinta merupakan suatu daya yang sangat kuat untuk menarik dua individu, namun ia tidak cukup kuat untuk merekatkan keduanya.

Makin hari makin bertambah keyakinan saya bahwa yang diperlukan untuk merekatkan kita dengan pasangan kita adalah kecocokan, bukan cinta.

Saya akan jelaskan apa yang saya maksud.

Biasanya cinta datang kepada kita ibarat seekor burung yang tiba- tiba hinggap di atas kepala kita. Saya menggunakan istilah "datang" karena sulit sekali (meskipun mungkin) untuk membuat atau mengkondisikan diri mencintai seseorang.

Setelah cinta menghinggapi kita, cinta pun mulai mengemudikan kita ke arah orang yang kita cintai itu. Sudah tentu kehendak rasional turut berperan dalam proses pengemudian ini.

Misalnya, kita bisa menyangkal hasrat cinta karena alasan-alasan tertentu. Tetapi, jika tidak ada alasan-alasan itu,kita pun akan menuruti dorongan cinta dan berupaya mendekatkan diri dengan orang tersebut.

Cinta biasanya mengandung satu komponen yang umum yakni rasa suka.

Sebagai contoh, kita berkata bahwa pada awalnya kita tertarik dengan gadis atau pria itu karena sabarannya, kebaikannya menolong kita, perhatiannya yang besar terhadap kita, wajahnya yang cantik atau sikapnya yang simpatik, dan sejenisnya. Dengan kata lain, setelah menyaksikan kualitas tersebut di atas timbullah rasa suka terhadapnya sebab memang sebelum kita bertemu dengannya kita sudah menyukai kualitas tersebut. Misalnya, memang kita mengagumi pria yang sabar, memang kita menghormati wanita yang lemah lembut, memang kita mengukai orang yang rela menolong orang lain dan
seterusnya.

Jadi, rasa suka muncul karena kita menemukan yang kita sukai pada dirinya.

Saya yakin cinta lebih kompleks dari apa yang telah saya uraikan.

Namun khusus untuk pembahasan kali ini,saya membatasi lingkup cinta hanya pada unsur suka saja. Cocok dan suka tidak identik namun sering dianggap demikian. Saya berikan contoh.

Saya suka rumah yang besar dengan taman yang luas, tetapi belum tentu saya cocok tinggal di rumah yang besar seperti itu. Saya tahu saya tidak cocok tinggal di rumah sebesar itu sebab saya bukanlah tipe orang yang rajin membersihkan dan memelihara taman (yang dengan cepat akan bertumbuh kembang menjadi hutan). Itulah salah satu contoh dimana suka tidak sama dengan cocok.

Contoh yang lain. Rumah saya kecil dan cocok dengan saya yang berjadwal lumayan sibuk dan kurang ada waktu mengurusnya.

Namun saya kurang suka dengan rumah ini karena bagi saya, kurang besar(tamannya). Pada contoh ini kita bisa melihat bahwa cocok berlainan dengan suka. Pada intinya, yang saya sukai belum tentu cocok buat saya; yang cocok dengan saya belum pasti saya sukai. Sekarang kita akan melihat kaitannya dengan pemilihan pasangan hidup.

Tatkala kita mencintai seseorang, sebenarnya kita terlebih dahulu menyukainya,dalam pengertian kita suka dengan ciri tertentu pada dirinya. Rasa suka yang besar (yang akhirnya berpuncak pada cinta)akan menutupi rasa tidak suka yang lebih kecil dan -- ini yang penting -- cenderung menghalau ketidakcocokan yang ada di antara kita. Di sinilah terletak awal masalah.

Ini yang acap kali terjadi dalam masa berpacaran.

Rasa suka meniup pergi ketidakcocokan di antara kita, bahkan pada akhirnya kita beranggapan atau berilusi bahwa rasa suka itu identik dengan kecocokan. Kita kadang berpikir atau berharap,"Saya menyukainya, berarti saya (akan) cocok dengannya." Salah besar!

Suka tidak sama dengan cocok; cinta tidak identik dengan cocok!

Alias, kita mungkin mencintai seseorang yang sama sekali tidak cocok dengan kita.

Pada waktu Tuhan menciptakan Hawa untuk menjadi istri Adam, Ia menetapkan satu kriteria yang khusus dan ini hanya ada pada penciptaan istri manusia, yakni, "Aku akan menjadikan penolong baginya, yang sepadan dengan dia."

Kata "sepadan" dapat kita ganti dengan kata "cocok." Tuhan tidak hanya menciptakan seorang wanita buat Adam yang dapat dicintainya, Ia sengaja menciptakan seorang wanita yang cocok untuk Adam.

Tuhan tahu bahwa untuk dua manusia bisa hidup bersama mereka harus cocok.
Menarik sekali bahwa Tuhan tidak mengagungkan cinta (romantik) sebagai prasyarat pernikahan. Tuhan sudah memberi kita petunjuk bahwa yang terpenting bagi suami dan istri adalah kecocokan. Ironisnya adalah, kita telah menggeser hal esensial yang Tuhan tunjukkan kepada kita dengan cara mengganti kata "cocok" dengan kata "cinta." Tuhan menginginkan yang terbaik bagi kita; itulah sebabnya Ia telah menyingkapkan hikmat-Nya kepada kita.

Sudah tentu cinta penting, namun yang terlebih penting ialah, apakah ia cocok denganku?

Saya teringat ucapan Norman Wright, seorang pakar keluarga di Amerika Serikat, yang mengeluhkan bahwa dewasa ini orang lebih banyak mencurahkan waktu untuk menyiapkan diri memperoleh surat ijin mengemudi dibanding dengan mempersiapkan diri untuk memilih pasangan hidup. Saya kira kita telah termakan oleh motto, "Cinta adalah segalanya," dan melupakan fakta dilapangan bahwa cinta (romantik) bukan segalanya.

Jadi, kesimpulannya ialah, cintailah yang cocok dengan kita!

Teman-teman ini saya juga berikan sebuah doa untuk menemukan pasangan hidup yang tepat dan cocok,doa ini sangat indah semoga juga bisa memberikan kesadaran bahwa semua itu akan kita kembalikan kepada Sang Empunya Kehidupan. ini saya buat dua versi yang bisa digunakan sesuai jenis kelamin dan kebutuhan teman2. Jika artikel dan doa ini Anda rasa berguna...berikan kepada mereka yang membutuhkan dan yakinlah niat baik Anda pasti tidak akan pernah sia-sia... semoga bermanfaat

_______________________


PRAYER FOR LIFETIME PARTNER

Tuhanku,

Aku berdoa untuk seorang pria/perempuan, yang akan menjadi bagian dari hidupku.

Seorang yang sungguh mencintaiMU lebih dari segala sesuatu.
Seorang pria/perempuan yang akan meletakkanku pada posisi kedua di hatinya setelah Engkau.
Seorang pria/perempuan yang hidup bukan untuk dirinya sendiri tetapi untukMU.
Wajah ganteng/cantik dan daya tarik fisik tidaklah penting.
Yang paling penting adalah sebuah hati yang sungguh mencintai dan haus akan Engkau dan memiliki keinginan untuk menjadi seperti Engkau.

Dan ia haruslah mengetahui bagi siapa dan untuk apa ia hidup, sehingga hidupnya tidaklah sia-sia.

Seseorang yang memiliki hati yang bijak bukan hanya otak yang cerdas.

Seorang pria/perempuan yang tidak hanya mencintaiku tetapi juga menghormati aku. Seorang pria/perempuan yang tidak hanya memujaku tetapi dapat juga menasehati
ketika aku berbuat salah.
Seorang yang mencintaiku bukan karena kecantikanku/ketampanan tetapi
karena hatiku.
Seorang pria/perempuan yang dapat menjadi sahabat terbaikku dalam tiap
waktu dan situasi.
Seseorang yang dapat membuatku merasa sebagai seorang perempuan/pria ketika berada di sebelahnya.

Aku tidak meminta seorang yang sempurna, Namun aku meminta seorang yang tidak sempurna, sehingga aku dapat membuatnya sempurna dimataMU.

Seorang pria/perempuan yang membutuhkan dukunganku sebagai peneguhnya.
Seorang pria/perempuan yang membutuhkan doaku untuk kehidupannya.
Seseorang yang membutuhkan senyumanku untuk mengatasi kesedihannya.
Seseorang yang membutuhkan diriku untuk membuat hidupnya menjadi sempurna.

Dan aku juga meminta :
Buatlah aku menjadi seorang perempuan/pria yang dapat membuat pria/perempuan itu bangga dan bahagia.

Berikan aku sebuah hati yang sungguh mencintaiMU, sehingga aku dapat mencintainya dengan cintaMU, bukan mencintainya dengan sekedar cintaku.

Berikanlah RohMU yang lembut sehingga kecantikanku/ketampananku datang dariMU bukan dariluar diriku. Berilah aku tanganMU sehingga aku selalu mampu berdoa untuknya.

Berikanlah aku mataMU sehingga aku dapat melihat banyak hal baik dalam dirinya dan bukan hal buruk saja.

Berikan aku mulutMU yang penuh dengan kata-kata kebijaksanaanMU dan pemberi semangat, sehingga aku dapat mendukungnya setiap hari.

Berikanlah aku bibirMU dan aku akan tersenyum padanya setiap pagi.

Dan bilamana akhirnya kami akan bertemu, aku berharap kami berdua dapat mengatakaan "betapa besarnya Tuhan itu karena Engkau telah memberikan kepadaku seseorang yang dapat membuat hidupku menjadi sempurna". Aku mengetahui bahwa Engkau menginginkan kami bertemu pada waktu yang tepat dan Engkau akan membuat segala sesuatunya indah pada waktu yang Kautentukan.

Amin

Saturday, October 14, 2006

TRUE COMMITMENT


Hari jumat kemarin, aku baru saja bertemu dengan salah seorang sahabat baikku. Kami berkenalan +/- 13 tahun yang lalu, saat kami masih duduk di kelas 2 SMA. Dan persahabatan kami berawal dari sini.

Semasa SMA, aku, dia dan seorang sahabat lainnya hampir boleh dibilang tidak dapat dipisahkan. Meskipun kami bertiga memiliki minat yang sedikit tumpang tindih, Aku dan sahabatku yang kutemui hari jumat kemarin memiliki minat besar terhadap segala sesuatu yang berhubungan dengan seni, seperti halnya performance art, kami berdua pernah manggung di Taman Ismail Marzuki dan ikut berkompetisi dalam Perlomban Theater tingkat SMA se-DKI Jakarta. Dan kami memiliki keinginan yang sama untuk melanjutkan pendidikan kami ke Fakultas Teknik Arsitektur. Sementara aku tidak terlalu menyukai binatang, sahabatku ini menyukai kucing, meskipun dia mengindap asma dan sahabat lainnya adalah seorang penyayang binatang sejati. Nah dia inilah satu-satunya diantara kami berdua yang bercita-cita untuk menjadi Dokter Hewan. Dan dia satu-satunya yang melanjutkan pendidikannya di perguruan tinggi negeri.

Namun kami bertiga memiliki kesamaan, yaitu sama-sama suka bernyanyi, suka nonton pertandingan bola (yah terserah lagi ada Liga apa aja deh? yang penting kami bisa nonton), dan suka suka menjadi diri kami sendiri. Kami bertiga memiliki latar belakang yang berbeda. Secara suku, budaya, status ekonomi dan latar belakang keluarga. Hal itu tercerim pula pada profesi yang kami jalani saat ini, aku seorang Marketing Bank, sementara sahabatku yang kutemui hari jumat ini adalah seorang Dance Instructor dan sahabat kami lainnya adalah seorang dokter hewan dan saat ini berstatus PNS. Namun perbedaan ini justru memberikan warna yang berbeda dalam persahabatan yang kami jalin.

Ketika kami SMA dulu, kami selalu berbagi masalah pelajaran, PR, ujian, kegiatan extrakurrikuler, serta kegiatan lainnya yang biasa disukai anak-anak muda, contohnya jalan-jalan, makan bareng, nonton, pesta sweet seventeen, dan masih banyak lainnya. Satu persamaan yang kami miliki adalah sampai kami mengakhiri masa SMA, kami bertiga tidak ada yang sempat berpacaran.

Aku dan sahabatku sang dance instructor ini melanjutkan pendidikan kami di salah satu perguruan tinggi swasta di Jakarta, namun kami berbeda kelas, sehingga kami mulai membentuk teman-teman bermain yang berbeda pula. Sementara sahabatku si PNS melanjutkan pendidikannya di perguruan tinggi negeri di kota Jogjakarta. Mulai masa kuliah inilah, ketiga sahabat ini mulai berani melirik cowok, jadilah kami bertiga, masing-masing memiliki pacar, hanya saja kalau aku dan sahabatku si PNS yang di Jogja ini memperoleh teman kampus kami sendiri, berbeda dengan sahabatku sang dance instructor yang satu kampus dengan aku, dia malah kecantol dengan adik kelas kami sewaktu SMA dulu.

Aku adalah yang paling pertama meninggalkan bangku kuliah karena aku lulus lebih awal, kemudian di susul kedua sahabatku dengan waktu yang hampir bersamaan. Saat kami lulus dari tempat kami kuliah masing-masing, kembali status kami menjadi jomblo, karena hubungan kami dengan pacar kami ini tidak berjalan dengan baik.

Kami kemudian terbenam dalam kesibukan kehidupan kami masing-masing, mengejar karir dan melajutkan kuliah ke jenjang yang lebih tinggi. Di masa-masa inilah kemudian kami memulai hubungan baru dengan pacar baru. Namun perjalanan pacaran aku dan sahabatku sang dance instructor ini ternyata tidak berakhir dengan pernikahan, kami akhirnya berpisah. Hanya sahabatku si PNS inilah yang akhirnya berhasil bersanding dengan lelaki pilihannya yang dia kenal di kantor tempat mereka bekerja, sebelum dia berstatus PNS.

Tapi ini tidak berarti sahabatku sang dance instructor tidak memperoleh kebahagiaannya, karena pada kenyataanya dia juga telah bersanding dengan seroang lelaki pilihannya. New comer kalau orang bilang, tapi sebenarnya lelaki ini adalah kakak kelas kami sewaktu SMA. Dunia sempit, mungkin benar juga kata orang, kok bolak-balik kita bertemu dengan orang yang sama.Perbedaan usia sahabatku ini dengan suaminya tidaklah terlalu banyak hanya 3,5 tahun, namun dari ceritanya, suaminya ini digambarkan sebagai figure yang ngemong, mandiri dan open-minded. Figure yang merupakan dambaan sahabatku, bagaimana tidak dia si bungsu yang manja, namun dia punya seabrek aktifitas yang mesti di mengerti dari profesinya sebagai dance instructor. Kecintaan aku dan sahabatku pada theater sangat sulit untuk dipahami pasangan kami, karena image yang timbul atas theater di tanah air kita ini banyak sekali yang miring.

Sahabatku ini bercerita pengalamannya berpacaran dengan dua mantannya yang kebetulan aku kenal dengan baik. Semasa pacaran, semuanya lebih banyak di warnai dengan hura-hura dan seneng-seneng, seperti pergi nonton dan makan, jarang ada pembicaraan serius diantara mereka. Rasanya janggal kalau kedua pemuda itu mulai merancang dan membicarakan kehidupan mereka setelah pernikahan. Kata sahabatku ini, sama sekali dia tidak bisa membayangkan, kehidupan seperti apa yang akan dimilikinya setelah menikah. Rasanya semuannya bias dan semu.

Hal inilah yang dia rasakan berbeda saat bertemu dan menjalin hubungan lebih lanjut dengan mantan pacarnya, yang saat ini berstatus suaminya. Usia pacaran mereka tergolong tidak terlampau lama, karena kurang dari 1 (satu) tahun pacaran, mereka memutuskan untuk melangsungkan pernikahan suci mereka melalui Sakramen Pernikahan yang mereka saling terimakan di Gereja St. Theresia, Menteng, Jakarta. Dengan pemuda ini, sahabat baikku mengakhiri masa lajangnya dan dengan pemuda inilah selama masa pacaran, mereka bisa merangkai dan merancang angan-angan kehidupan setelah pernikahan. Semuannya tidak lagi bias atau semu, semuannya begitu nyata, senyata yang dia jalani saat ini.

Cerita sahabatku ini jadi semakin menarik. Dalam memutuskan komitment untuk menikah adalah satu penting yaitu masalah penerimaan. Mereka bedua dapat menerima segala kelebihan dan kekurangan yang mereka miliki, bukan terbatas pada diri mereka masing-masing, tetapi juga masalah keluarga dan masa lalu. Dimana masalah-masalah ini juga akan memberikan dampak kepada kehidupan mereka di masa mendatang. Mereka sepakat untuk menghadapinya bersama. Sahabatku bilang, “Apa lah yang di cari seorang perempuan dari seorang laki-laki yang menjadi pendamping hidupnya? “ Jawabnya “Rasa aman dimana laki-laki yang kita pilih dapat menjadi tempat kita bersandar dan menakodahi bahtera perkawinan di dalam kesatuan besama Tuhan.” Sedangkan dari sisi seorang laki-laki juga tidak jauh bebeda, Seperti apakah perempuan yang mereka cari sebagai pendamping hidup mereka? Jawabnya kembali kepada esensi seorang wanita di ciptakan oleh Tuhan yaitu untuk menjadi seorang penolong bagi laki-laki itu. Sebuah ending yang sangat indah yang aku terima dari sharing sahabat baikku sendiri.

Aku melihat ini sebagai metamorfosis kehidupan seorang wanita, dari rangkaian perjalanan kehidupan sahabatku yang aku kenal 13 tahun yang lalu, mulai dari SMA, kuliah dan saat ini.

Kedua sahabat baikku, sudah melangkah satu langkah lebih maju dari diriku yaitu menjalani TRUE COMMITMENT mereka di dalam Tuhan, sampai maut memisahkan mereka dengan pasangannya.
 

Copyright © 2008 Green Scrapbook Diary Designed by SimplyWP | Made free by Scrapbooking Software | Bloggerized by Ipiet Notez