Thursday, April 27, 2006

Kepergian Bunda Sahabatku Ridwan


Malam ini, sudah sangat larut dan haripun telah berganti dari Rabu menuju Kamis.......tanpa terasa waktu telah bergulir hingga aku tidak dapat mengatakan bahwa hal yang terjadi ini baru tadi pagi, karena pagi yang baru sudah hendak menjelang....yah kemarin pagi mungkin lebih tepat untuk dikatakan demikian. Mungkin tidak terlalu penting masalah penyebutan waktu ini....tapi ada yang jauh lebih penting didalam kurun waktu tersebut, dan inilah yang terjadi.

Malam ini mobile phone ku berdering kembali untuk ketiga kalinya dari nomer yang sama.......pertama terjadi kemarin pagi 26/04/2006, jam 8.48 am, menurut catatan waktu di pesawat teleponku, yang kedua dan ketiga dalam waktu yang hampir bersamaan 26/04/2006, jam 11.30 pm, hanya telepon ketiga ini yang berhasil kutangkap. Aku menerima telepon ini melalui loudspeaker, aneh rasanya ketika ku angkat aku tidak dapat mendengar suara penelepon diseberang sana, padahal aku tau dengan pasti penelepon itu adalah salah serorang teman terbaikku semasa aku kuliah s-1 dulu, namanya Ridwan tapi kami biasa memanggil dia dengan sebutan Pei2 dan setiap kali dia telepon selalu saja dia bicara dengan suara yang cukup lantang. Kumatikan loudspeakserku lalu kutempelkan kupingku di pesawat telepon itu...aku memanggil namanya beberapa kali.....dia menjawab dengan suara yang lemah dan parau. Aku mulai berpikir macam2, apakah dia sedang menggoda aku atau memang ada masalah besar yang sedang dia hadapi, belum sempat aku bertanya, tiba-tiba dia berkata dengan suara paraunya namun lebih jelas, katanya : "Ai....mama sudah pergi!"....sejenak aku tertegun dan tak dapat berkata apa2, hingga tiba2 aku tersadar dan aku kemudian mulai menanyakan detail kepergian Bunda Sahabat baikku ini, hingga detail upacara yang akan berlangsung.

Aku mendengarkan semuannya dan mencatat hal-hal penting dengan cermat. Dari suaranya aku dapat merasakan bahwa dia begitu kecewa dan terbeban dengan banyak hal, aku coba untuk berbicara dari hati ke hati dengannya, hingga sebagian dari perasaannya dapat dia ungkapkan kepada diriku, tidak ada rasa malu untuk dikatakan sebagai seseorang yang cengeng apalagi untuk ukuran seorang laki-laki. Pei2 mengeluarkan isi hatinya sambil menangis, ada kemarahan, penyesalan, kesedihan dan masih banyak lagi perasaan yang campur aduk didalamnya. Kepergian mamanya, sangat mengguncang hati dan pikiran Pei2, apalagi hari bahagianya sudah tinggal dalam hitungan hari, empat hari kedepan Pei2 akan meminang seorang gadis pilihan keluarganya dan rencana pernikahan sudah diagendakan dalam waktu dekat. Pei2 mempertanyakan mengapa mamanya tidak dapat menunggu hingga dia menikah. Ingin rasaya saat itu aku terbang kesisinya, memeluknya, memberikan bahuku untuk dia menangis sepuas-puasnya, memberikan telingaku untuk mendengar dan memberikan ketenangan dan semangat padanya untuk dapat melalui semuanya ini. Tapi aku tidak bisa....aku berada jauh darinya, aku hanya bisa mendengarnya dan mencoba menenangkannya.

30 menit pembicaraan kami, sungguh membuat dia dapat menguasai dirinya....aku tau dia tidak meminta banyak dari diriku.....itulah persahabatan yang kami miliki selama ini. Dia tidak pernah menuntut apa-apa dariku. Dia pernah menginginkan diriku untuk menjadi pendamping hidupnya, namun ada banyak hal yang tidak dapat kami jembatani, sehingga satu saat dia berkata bahwa dia tau kalau dihatiku tidak ada dirinya sebagai kekasih, maka kamipun sepakat untuk menjaga persahabatan yang kami miliki. Dia melukiskan hubungan kami sebagai suatu persahabatan yang unik karena hubungan kami lebih dari sekedar teman, tapi bukan saudara, bukan juga pacar tetapi kami memiliki kasih yang sangat tulus. Pei2 mengenal keluargaku dengan baik seperti aku juga mengenal keluarganya, terutama mamanya terkasih.

Ai sayang sama tante, seperti Pei2 menyayangi tante sebagai mamanya.
Ai akan berusaha untuk terus mengingatkan Pei2 atas segala pesan2 tante padanya.
Selamat jalan Tante Hartono....babak kehidupan baru akan di mulai bersama the Source.
 

Copyright © 2008 Green Scrapbook Diary Designed by SimplyWP | Made free by Scrapbooking Software | Bloggerized by Ipiet Notez