Thursday, November 09, 2006

DENIAS – Senandung diatas Awan


Nonton adalah salah satu hobi yang sudah lama terlupakan karena kesibukanku banyak hal. Sebenarnya aku sangat menyukai kegiatan menonton film. Mengapa? Jawabnya karena dari film-film yang ditonton itu kita bisa menarik intisari ceritanya dan mengambil nilai-nilai yang berharga yang tersirat dalam film itu. Memang tidak semua film memiliki intisari cerita yang cukup bernilai, itu sebabnya seriring dengan waktu aku cenderung picky saat mau memutuskan film apa yang akan aku tonton.

Kurang lebih tanggal 28/10/2006, teman-temanku mengajak aku untuk menonton film berjudul “Kuntilanak”, serta merta aku menolak ajakan itu. Buat mereka nonton film ini hanya untuk lucu-lucuan saja, tapi buat aku kalau kita mesti duduk selama 1 – 2 jam menikmati sebuah film maka film itu mesti cukup punya ‘makna’, jadi aku bersikeras menolak dan akhirnya aku memutuskan untuk memilih film yang berbeda dan pilihanku jatuh pada “DENIAS – Senandung diatas Awan”, sebuah film karya anak bangsa yang bercerita tentang seorang anak Papua yang bercita-cita untuk sekolah. Sebelumnya aku memang sudah sempat membaca sinopsisnya di salah satu harian terkenal di Indonesia. Film yang ditujukan untuk anak-anak ini, tentulah dikemas sesuai dengan pangsa pasarnya sehingga secara pemilihan kata, dan plot cerita juga haruslah mudah dipahami oleh anak-anak.

Alur Cerita dari film ini sangatlah sederhana, adalah seorang anak laki-laki bernama Denias, yang lahir dari sebuah keluarga Papua yang masih sangat kolot, terkungkung dengan segala macam adat dan tradisi yang kalau kita pikir masih sangat ‘primitif’. Denias dan beberapa temannya memiliki kesempatan untuk bersekolah di sebuah sekolah semi permanet tanpa biaya, dimana guru yang mengajar disana juga seorang sukarelawan. Denias menjadi anak yang terpandai diantara teman-temannya yang tinggal disana. Sepeninggal Pak Guru Surkarelawan yang harus kembali ke tanah Jawa karena istrinya sakit, sekolah itu diajar oleh seorang tentara yang dikenal dengan nama Maleo. Namun Maleo juga tidak dapat bertahan lama karena selanjutnya dia juga harus berpindah tugas ke daerah lain. Pada perpisahannya Maleo meninggalkan sebuah surat untuk Denias, yang intinya adalah setiap orang harus memiliki tekad yang kuat untuk mencapai cita-citanya.

Denias yang memiliki keinginan besar untuk bersekolah akhirnya berjalan selama 3 hari 3 malam menyeberangi gunung untuk mencapai sebuah sekolah swasta yang berada di kompleks Freeport. Sesampai disana Denias berkenalan dengan Enos, seorang anak Papua yang juga putus sekolah karena tidak memiliki biaya.

Pertemuan Denias, Enos dan Ibu Guru di sekolah itu memberikan semangat pada Denias dan Enos untuk memperoleh pendidikan mereka. Apabila Denias melakukan serangkaian tes, maka Enos berjuang pulang ke kampung halamannya untuk mengambil Rapor sekolahnya. Tujuannya adalah satu untuk memperoleh kesempatan bersekolah kembali. Akhirnya Denias dan Enos berhasil untuk mendapat kesempatan bersekolah di sekolah swasta yang berada di kompleks Freeport tersebut.

Di ending cerita, terdapat catatan bahwa saat ini Denias masih menyelesaikan pendidikannya di tingkat universitas di Darwin, Australia, dan Enos di Univeristias Malang, keduanya memperoleh beasiswa dari Freeport.

Kisah yang diambil dari kisah nyata seorang anak bangsa yang bernama Denias ini sangat menyentuh…karena perjuangannya untuk memperoleh pendidikan yang lebih baik. Banyak dari kita lebih beruntung dari Denias maupun Enos, yang lahir dalam keluarga yang mampu untuk memberikan pendidikan dari masa kita kecil hingga pendidikan tinggi di unversitas, tanpa harus bersusah payah menobrak adat istiadat yang sangat kolot, mencari nafkah untuk bersekolah dan lainnya. Namun seringkali kita tidak cukup menyadari dan mensyukuri kondisi tersebut, sehingga tidak bersunguh-sunguh dalam menjalani pendidikan yang boleh kita kecap.

Film yang wajib ditonton untuk mengingatkan kita akan pentingnya pendidikan dan betapa beruntungnya kita yang boleh diberi kesempatan untuk memperoleh pendidikan yang cukup. Dan bagi sahabat-sahabat yang telah memberikan sumbangan besar pada pendidikan, film ini akan memberikan kita semangat untuk terus mendukung mereka, karena masih banyak anak-anak lainnya yang ingin menjadi Denias ataupun Enos…sehingga mereka bisa menjadi Denias…Denias dan Enos….Enos lainnya.

Beberapa dari kita telah menwujudkan perhatiannya akan pendidikan yang lebih baik bagi anak bangsa penerus masa depan bangsa, seperti halnya yang dilakukan olehYayasan Tunas Cendekia dengan Gelang Merah SolidaritasKEBERSAMAAN, juga sahabat-sahabat Yayasan Tunas Cendekia.

Sahabat….tetaplah kobarkan semangat untuk mendukung pendidikan anak-anak Indonesia….karena masa depan bangsa ada ditangan kita.

0 comments:

 

Copyright © 2008 Green Scrapbook Diary Designed by SimplyWP | Made free by Scrapbooking Software | Bloggerized by Ipiet Notez