Melanjutkan posting aku sebelumnya yang berjudul TRUE COMMITMENT, berikut aku posting sebuah artikel lama yang isinya indah banget untuk kita baca, renungkan dan doakan...agar bisa menemukan seseorang yang tepat untuk diajak menjalani TRUE COMMITMENT.
_____________
BEDA ANTARA CINTA DAN COCOK
Oleh: Dr. Paul Gunadi
Salah satu alasan paling umum mengapa kita menikah adalah karena cinta-
-cinta romantik, bukan cinta agape, yang biasa kita alami sebagai prelude ke pernikahan. Cintalah yang meyakinkan kita untuk melangkah bersama masuk ke mahligai pernikahan.
Masalahnya adalah, walaupun cinta merupakan suatu daya yang sangat kuat untuk menarik dua individu, namun ia tidak cukup kuat untuk merekatkan keduanya.
Makin hari makin bertambah keyakinan saya bahwa yang diperlukan untuk merekatkan kita dengan pasangan kita adalah kecocokan, bukan cinta.
Saya akan jelaskan apa yang saya maksud.
Biasanya cinta datang kepada kita ibarat seekor burung yang tiba- tiba hinggap di atas kepala kita. Saya menggunakan istilah "datang" karena sulit sekali (meskipun mungkin) untuk membuat atau mengkondisikan diri mencintai seseorang.
Setelah cinta menghinggapi kita, cinta pun mulai mengemudikan kita ke arah orang yang kita cintai itu. Sudah tentu kehendak rasional turut berperan dalam proses pengemudian ini.
Misalnya, kita bisa menyangkal hasrat cinta karena alasan-alasan tertentu. Tetapi, jika tidak ada alasan-alasan itu,kita pun akan menuruti dorongan cinta dan berupaya mendekatkan diri dengan orang tersebut.
Cinta biasanya mengandung satu komponen yang umum yakni rasa suka.
Sebagai contoh, kita berkata bahwa pada awalnya kita tertarik dengan gadis atau pria itu karena sabarannya, kebaikannya menolong kita, perhatiannya yang besar terhadap kita, wajahnya yang cantik atau sikapnya yang simpatik, dan sejenisnya. Dengan kata lain, setelah menyaksikan kualitas tersebut di atas timbullah rasa suka terhadapnya sebab memang sebelum kita bertemu dengannya kita sudah menyukai kualitas tersebut. Misalnya, memang kita mengagumi pria yang sabar, memang kita menghormati wanita yang lemah lembut, memang kita mengukai orang yang rela menolong orang lain dan
seterusnya.
Jadi, rasa suka muncul karena kita menemukan yang kita sukai pada dirinya.
Saya yakin cinta lebih kompleks dari apa yang telah saya uraikan.
Namun khusus untuk pembahasan kali ini,saya membatasi lingkup cinta hanya pada unsur suka saja. Cocok dan suka tidak identik namun sering dianggap demikian. Saya berikan contoh.
Saya suka rumah yang besar dengan taman yang luas, tetapi belum tentu saya cocok tinggal di rumah yang besar seperti itu. Saya tahu saya tidak cocok tinggal di rumah sebesar itu sebab saya bukanlah tipe orang yang rajin membersihkan dan memelihara taman (yang dengan cepat akan bertumbuh kembang menjadi hutan). Itulah salah satu contoh dimana suka tidak sama dengan cocok.
Contoh yang lain. Rumah saya kecil dan cocok dengan saya yang berjadwal lumayan sibuk dan kurang ada waktu mengurusnya.
Namun saya kurang suka dengan rumah ini karena bagi saya, kurang besar(tamannya). Pada contoh ini kita bisa melihat bahwa cocok berlainan dengan suka. Pada intinya, yang saya sukai belum tentu cocok buat saya; yang cocok dengan saya belum pasti saya sukai. Sekarang kita akan melihat kaitannya dengan pemilihan pasangan hidup.
Tatkala kita mencintai seseorang, sebenarnya kita terlebih dahulu menyukainya,dalam pengertian kita suka dengan ciri tertentu pada dirinya. Rasa suka yang besar (yang akhirnya berpuncak pada cinta)akan menutupi rasa tidak suka yang lebih kecil dan -- ini yang penting -- cenderung menghalau ketidakcocokan yang ada di antara kita. Di sinilah terletak awal masalah.
Ini yang acap kali terjadi dalam masa berpacaran.
Rasa suka meniup pergi ketidakcocokan di antara kita, bahkan pada akhirnya kita beranggapan atau berilusi bahwa rasa suka itu identik dengan kecocokan. Kita kadang berpikir atau berharap,"Saya menyukainya, berarti saya (akan) cocok dengannya." Salah besar!
Suka tidak sama dengan cocok; cinta tidak identik dengan cocok!
Alias, kita mungkin mencintai seseorang yang sama sekali tidak cocok dengan kita.
Pada waktu Tuhan menciptakan Hawa untuk menjadi istri Adam, Ia menetapkan satu kriteria yang khusus dan ini hanya ada pada penciptaan istri manusia, yakni, "Aku akan menjadikan penolong baginya, yang sepadan dengan dia."
Kata "sepadan" dapat kita ganti dengan kata "cocok." Tuhan tidak hanya menciptakan seorang wanita buat Adam yang dapat dicintainya, Ia sengaja menciptakan seorang wanita yang cocok untuk Adam.
Tuhan tahu bahwa untuk dua manusia bisa hidup bersama mereka harus cocok.
Menarik sekali bahwa Tuhan tidak mengagungkan cinta (romantik) sebagai prasyarat pernikahan. Tuhan sudah memberi kita petunjuk bahwa yang terpenting bagi suami dan istri adalah kecocokan. Ironisnya adalah, kita telah menggeser hal esensial yang Tuhan tunjukkan kepada kita dengan cara mengganti kata "cocok" dengan kata "cinta." Tuhan menginginkan yang terbaik bagi kita; itulah sebabnya Ia telah menyingkapkan hikmat-Nya kepada kita.
Sudah tentu cinta penting, namun yang terlebih penting ialah, apakah ia cocok denganku?
Saya teringat ucapan Norman Wright, seorang pakar keluarga di Amerika Serikat, yang mengeluhkan bahwa dewasa ini orang lebih banyak mencurahkan waktu untuk menyiapkan diri memperoleh surat ijin mengemudi dibanding dengan mempersiapkan diri untuk memilih pasangan hidup. Saya kira kita telah termakan oleh motto, "Cinta adalah segalanya," dan melupakan fakta dilapangan bahwa cinta (romantik) bukan segalanya.
Jadi, kesimpulannya ialah, cintailah yang cocok dengan kita!
Teman-teman ini saya juga berikan sebuah doa untuk menemukan pasangan hidup yang tepat dan cocok,doa ini sangat indah semoga juga bisa memberikan kesadaran bahwa semua itu akan kita kembalikan kepada Sang Empunya Kehidupan. ini saya buat dua versi yang bisa digunakan sesuai jenis kelamin dan kebutuhan teman2. Jika artikel dan doa ini Anda rasa berguna...berikan kepada mereka yang membutuhkan dan yakinlah niat baik Anda pasti tidak akan pernah sia-sia... semoga bermanfaat
_______________________
PRAYER FOR LIFETIME PARTNER
Tuhanku,
Aku berdoa untuk seorang pria/perempuan, yang akan menjadi bagian dari hidupku.
Seorang yang sungguh mencintaiMU lebih dari segala sesuatu.
Seorang pria/perempuan yang akan meletakkanku pada posisi kedua di hatinya setelah Engkau.
Seorang pria/perempuan yang hidup bukan untuk dirinya sendiri tetapi untukMU.
Wajah ganteng/cantik dan daya tarik fisik tidaklah penting.
Yang paling penting adalah sebuah hati yang sungguh mencintai dan haus akan Engkau dan memiliki keinginan untuk menjadi seperti Engkau.
Dan ia haruslah mengetahui bagi siapa dan untuk apa ia hidup, sehingga hidupnya tidaklah sia-sia.
Seseorang yang memiliki hati yang bijak bukan hanya otak yang cerdas.
Seorang pria/perempuan yang tidak hanya mencintaiku tetapi juga menghormati aku. Seorang pria/perempuan yang tidak hanya memujaku tetapi dapat juga menasehati
ketika aku berbuat salah.
Seorang yang mencintaiku bukan karena kecantikanku/ketampanan tetapi
karena hatiku.
Seorang pria/perempuan yang dapat menjadi sahabat terbaikku dalam tiap
waktu dan situasi.
Seseorang yang dapat membuatku merasa sebagai seorang perempuan/pria ketika berada di sebelahnya.
Aku tidak meminta seorang yang sempurna, Namun aku meminta seorang yang tidak sempurna, sehingga aku dapat membuatnya sempurna dimataMU.
Seorang pria/perempuan yang membutuhkan dukunganku sebagai peneguhnya.
Seorang pria/perempuan yang membutuhkan doaku untuk kehidupannya.
Seseorang yang membutuhkan senyumanku untuk mengatasi kesedihannya.
Seseorang yang membutuhkan diriku untuk membuat hidupnya menjadi sempurna.
Dan aku juga meminta :
Buatlah aku menjadi seorang perempuan/pria yang dapat membuat pria/perempuan itu bangga dan bahagia.
Berikan aku sebuah hati yang sungguh mencintaiMU, sehingga aku dapat mencintainya dengan cintaMU, bukan mencintainya dengan sekedar cintaku.
Berikanlah RohMU yang lembut sehingga kecantikanku/ketampananku datang dariMU bukan dariluar diriku. Berilah aku tanganMU sehingga aku selalu mampu berdoa untuknya.
Berikanlah aku mataMU sehingga aku dapat melihat banyak hal baik dalam dirinya dan bukan hal buruk saja.
Berikan aku mulutMU yang penuh dengan kata-kata kebijaksanaanMU dan pemberi semangat, sehingga aku dapat mendukungnya setiap hari.
Berikanlah aku bibirMU dan aku akan tersenyum padanya setiap pagi.
Dan bilamana akhirnya kami akan bertemu, aku berharap kami berdua dapat mengatakaan "betapa besarnya Tuhan itu karena Engkau telah memberikan kepadaku seseorang yang dapat membuat hidupku menjadi sempurna". Aku mengetahui bahwa Engkau menginginkan kami bertemu pada waktu yang tepat dan Engkau akan membuat segala sesuatunya indah pada waktu yang Kautentukan.
Amin
Monday, October 23, 2006
Saturday, October 14, 2006
TRUE COMMITMENT
10/14/2006 04:37:00 PM
Posted by
Oephylle
Hari jumat kemarin, aku baru saja bertemu dengan salah seorang sahabat baikku. Kami berkenalan +/- 13 tahun yang lalu, saat kami masih duduk di kelas 2 SMA. Dan persahabatan kami berawal dari sini.
Semasa SMA, aku, dia dan seorang sahabat lainnya hampir boleh dibilang tidak dapat dipisahkan. Meskipun kami bertiga memiliki minat yang sedikit tumpang tindih, Aku dan sahabatku yang kutemui hari jumat kemarin memiliki minat besar terhadap segala sesuatu yang berhubungan dengan seni, seperti halnya performance art, kami berdua pernah manggung di Taman Ismail Marzuki dan ikut berkompetisi dalam Perlomban Theater tingkat SMA se-DKI Jakarta. Dan kami memiliki keinginan yang sama untuk melanjutkan pendidikan kami ke Fakultas Teknik Arsitektur. Sementara aku tidak terlalu menyukai binatang, sahabatku ini menyukai kucing, meskipun dia mengindap asma dan sahabat lainnya adalah seorang penyayang binatang sejati. Nah dia inilah satu-satunya diantara kami berdua yang bercita-cita untuk menjadi Dokter Hewan. Dan dia satu-satunya yang melanjutkan pendidikannya di perguruan tinggi negeri.
Namun kami bertiga memiliki kesamaan, yaitu sama-sama suka bernyanyi, suka nonton pertandingan bola (yah terserah lagi ada Liga apa aja deh? yang penting kami bisa nonton), dan suka suka menjadi diri kami sendiri. Kami bertiga memiliki latar belakang yang berbeda. Secara suku, budaya, status ekonomi dan latar belakang keluarga. Hal itu tercerim pula pada profesi yang kami jalani saat ini, aku seorang Marketing Bank, sementara sahabatku yang kutemui hari jumat ini adalah seorang Dance Instructor dan sahabat kami lainnya adalah seorang dokter hewan dan saat ini berstatus PNS. Namun perbedaan ini justru memberikan warna yang berbeda dalam persahabatan yang kami jalin.
Ketika kami SMA dulu, kami selalu berbagi masalah pelajaran, PR, ujian, kegiatan extrakurrikuler, serta kegiatan lainnya yang biasa disukai anak-anak muda, contohnya jalan-jalan, makan bareng, nonton, pesta sweet seventeen, dan masih banyak lainnya. Satu persamaan yang kami miliki adalah sampai kami mengakhiri masa SMA, kami bertiga tidak ada yang sempat berpacaran.
Aku dan sahabatku sang dance instructor ini melanjutkan pendidikan kami di salah satu perguruan tinggi swasta di Jakarta, namun kami berbeda kelas, sehingga kami mulai membentuk teman-teman bermain yang berbeda pula. Sementara sahabatku si PNS melanjutkan pendidikannya di perguruan tinggi negeri di kota Jogjakarta. Mulai masa kuliah inilah, ketiga sahabat ini mulai berani melirik cowok, jadilah kami bertiga, masing-masing memiliki pacar, hanya saja kalau aku dan sahabatku si PNS yang di Jogja ini memperoleh teman kampus kami sendiri, berbeda dengan sahabatku sang dance instructor yang satu kampus dengan aku, dia malah kecantol dengan adik kelas kami sewaktu SMA dulu.
Aku adalah yang paling pertama meninggalkan bangku kuliah karena aku lulus lebih awal, kemudian di susul kedua sahabatku dengan waktu yang hampir bersamaan. Saat kami lulus dari tempat kami kuliah masing-masing, kembali status kami menjadi jomblo, karena hubungan kami dengan pacar kami ini tidak berjalan dengan baik.
Kami kemudian terbenam dalam kesibukan kehidupan kami masing-masing, mengejar karir dan melajutkan kuliah ke jenjang yang lebih tinggi. Di masa-masa inilah kemudian kami memulai hubungan baru dengan pacar baru. Namun perjalanan pacaran aku dan sahabatku sang dance instructor ini ternyata tidak berakhir dengan pernikahan, kami akhirnya berpisah. Hanya sahabatku si PNS inilah yang akhirnya berhasil bersanding dengan lelaki pilihannya yang dia kenal di kantor tempat mereka bekerja, sebelum dia berstatus PNS.
Tapi ini tidak berarti sahabatku sang dance instructor tidak memperoleh kebahagiaannya, karena pada kenyataanya dia juga telah bersanding dengan seroang lelaki pilihannya. New comer kalau orang bilang, tapi sebenarnya lelaki ini adalah kakak kelas kami sewaktu SMA. Dunia sempit, mungkin benar juga kata orang, kok bolak-balik kita bertemu dengan orang yang sama.Perbedaan usia sahabatku ini dengan suaminya tidaklah terlalu banyak hanya 3,5 tahun, namun dari ceritanya, suaminya ini digambarkan sebagai figure yang ngemong, mandiri dan open-minded. Figure yang merupakan dambaan sahabatku, bagaimana tidak dia si bungsu yang manja, namun dia punya seabrek aktifitas yang mesti di mengerti dari profesinya sebagai dance instructor. Kecintaan aku dan sahabatku pada theater sangat sulit untuk dipahami pasangan kami, karena image yang timbul atas theater di tanah air kita ini banyak sekali yang miring.
Sahabatku ini bercerita pengalamannya berpacaran dengan dua mantannya yang kebetulan aku kenal dengan baik. Semasa pacaran, semuanya lebih banyak di warnai dengan hura-hura dan seneng-seneng, seperti pergi nonton dan makan, jarang ada pembicaraan serius diantara mereka. Rasanya janggal kalau kedua pemuda itu mulai merancang dan membicarakan kehidupan mereka setelah pernikahan. Kata sahabatku ini, sama sekali dia tidak bisa membayangkan, kehidupan seperti apa yang akan dimilikinya setelah menikah. Rasanya semuannya bias dan semu.
Hal inilah yang dia rasakan berbeda saat bertemu dan menjalin hubungan lebih lanjut dengan mantan pacarnya, yang saat ini berstatus suaminya. Usia pacaran mereka tergolong tidak terlampau lama, karena kurang dari 1 (satu) tahun pacaran, mereka memutuskan untuk melangsungkan pernikahan suci mereka melalui Sakramen Pernikahan yang mereka saling terimakan di Gereja St. Theresia, Menteng, Jakarta. Dengan pemuda ini, sahabat baikku mengakhiri masa lajangnya dan dengan pemuda inilah selama masa pacaran, mereka bisa merangkai dan merancang angan-angan kehidupan setelah pernikahan. Semuannya tidak lagi bias atau semu, semuannya begitu nyata, senyata yang dia jalani saat ini.
Cerita sahabatku ini jadi semakin menarik. Dalam memutuskan komitment untuk menikah adalah satu penting yaitu masalah penerimaan. Mereka bedua dapat menerima segala kelebihan dan kekurangan yang mereka miliki, bukan terbatas pada diri mereka masing-masing, tetapi juga masalah keluarga dan masa lalu. Dimana masalah-masalah ini juga akan memberikan dampak kepada kehidupan mereka di masa mendatang. Mereka sepakat untuk menghadapinya bersama. Sahabatku bilang, “Apa lah yang di cari seorang perempuan dari seorang laki-laki yang menjadi pendamping hidupnya? “ Jawabnya “Rasa aman dimana laki-laki yang kita pilih dapat menjadi tempat kita bersandar dan menakodahi bahtera perkawinan di dalam kesatuan besama Tuhan.” Sedangkan dari sisi seorang laki-laki juga tidak jauh bebeda, Seperti apakah perempuan yang mereka cari sebagai pendamping hidup mereka? Jawabnya kembali kepada esensi seorang wanita di ciptakan oleh Tuhan yaitu untuk menjadi seorang penolong bagi laki-laki itu. Sebuah ending yang sangat indah yang aku terima dari sharing sahabat baikku sendiri.
Aku melihat ini sebagai metamorfosis kehidupan seorang wanita, dari rangkaian perjalanan kehidupan sahabatku yang aku kenal 13 tahun yang lalu, mulai dari SMA, kuliah dan saat ini.
Kedua sahabat baikku, sudah melangkah satu langkah lebih maju dari diriku yaitu menjalani TRUE COMMITMENT mereka di dalam Tuhan, sampai maut memisahkan mereka dengan pasangannya.
Semasa SMA, aku, dia dan seorang sahabat lainnya hampir boleh dibilang tidak dapat dipisahkan. Meskipun kami bertiga memiliki minat yang sedikit tumpang tindih, Aku dan sahabatku yang kutemui hari jumat kemarin memiliki minat besar terhadap segala sesuatu yang berhubungan dengan seni, seperti halnya performance art, kami berdua pernah manggung di Taman Ismail Marzuki dan ikut berkompetisi dalam Perlomban Theater tingkat SMA se-DKI Jakarta. Dan kami memiliki keinginan yang sama untuk melanjutkan pendidikan kami ke Fakultas Teknik Arsitektur. Sementara aku tidak terlalu menyukai binatang, sahabatku ini menyukai kucing, meskipun dia mengindap asma dan sahabat lainnya adalah seorang penyayang binatang sejati. Nah dia inilah satu-satunya diantara kami berdua yang bercita-cita untuk menjadi Dokter Hewan. Dan dia satu-satunya yang melanjutkan pendidikannya di perguruan tinggi negeri.
Namun kami bertiga memiliki kesamaan, yaitu sama-sama suka bernyanyi, suka nonton pertandingan bola (yah terserah lagi ada Liga apa aja deh? yang penting kami bisa nonton), dan suka suka menjadi diri kami sendiri. Kami bertiga memiliki latar belakang yang berbeda. Secara suku, budaya, status ekonomi dan latar belakang keluarga. Hal itu tercerim pula pada profesi yang kami jalani saat ini, aku seorang Marketing Bank, sementara sahabatku yang kutemui hari jumat ini adalah seorang Dance Instructor dan sahabat kami lainnya adalah seorang dokter hewan dan saat ini berstatus PNS. Namun perbedaan ini justru memberikan warna yang berbeda dalam persahabatan yang kami jalin.
Ketika kami SMA dulu, kami selalu berbagi masalah pelajaran, PR, ujian, kegiatan extrakurrikuler, serta kegiatan lainnya yang biasa disukai anak-anak muda, contohnya jalan-jalan, makan bareng, nonton, pesta sweet seventeen, dan masih banyak lainnya. Satu persamaan yang kami miliki adalah sampai kami mengakhiri masa SMA, kami bertiga tidak ada yang sempat berpacaran.
Aku dan sahabatku sang dance instructor ini melanjutkan pendidikan kami di salah satu perguruan tinggi swasta di Jakarta, namun kami berbeda kelas, sehingga kami mulai membentuk teman-teman bermain yang berbeda pula. Sementara sahabatku si PNS melanjutkan pendidikannya di perguruan tinggi negeri di kota Jogjakarta. Mulai masa kuliah inilah, ketiga sahabat ini mulai berani melirik cowok, jadilah kami bertiga, masing-masing memiliki pacar, hanya saja kalau aku dan sahabatku si PNS yang di Jogja ini memperoleh teman kampus kami sendiri, berbeda dengan sahabatku sang dance instructor yang satu kampus dengan aku, dia malah kecantol dengan adik kelas kami sewaktu SMA dulu.
Aku adalah yang paling pertama meninggalkan bangku kuliah karena aku lulus lebih awal, kemudian di susul kedua sahabatku dengan waktu yang hampir bersamaan. Saat kami lulus dari tempat kami kuliah masing-masing, kembali status kami menjadi jomblo, karena hubungan kami dengan pacar kami ini tidak berjalan dengan baik.
Kami kemudian terbenam dalam kesibukan kehidupan kami masing-masing, mengejar karir dan melajutkan kuliah ke jenjang yang lebih tinggi. Di masa-masa inilah kemudian kami memulai hubungan baru dengan pacar baru. Namun perjalanan pacaran aku dan sahabatku sang dance instructor ini ternyata tidak berakhir dengan pernikahan, kami akhirnya berpisah. Hanya sahabatku si PNS inilah yang akhirnya berhasil bersanding dengan lelaki pilihannya yang dia kenal di kantor tempat mereka bekerja, sebelum dia berstatus PNS.
Tapi ini tidak berarti sahabatku sang dance instructor tidak memperoleh kebahagiaannya, karena pada kenyataanya dia juga telah bersanding dengan seroang lelaki pilihannya. New comer kalau orang bilang, tapi sebenarnya lelaki ini adalah kakak kelas kami sewaktu SMA. Dunia sempit, mungkin benar juga kata orang, kok bolak-balik kita bertemu dengan orang yang sama.Perbedaan usia sahabatku ini dengan suaminya tidaklah terlalu banyak hanya 3,5 tahun, namun dari ceritanya, suaminya ini digambarkan sebagai figure yang ngemong, mandiri dan open-minded. Figure yang merupakan dambaan sahabatku, bagaimana tidak dia si bungsu yang manja, namun dia punya seabrek aktifitas yang mesti di mengerti dari profesinya sebagai dance instructor. Kecintaan aku dan sahabatku pada theater sangat sulit untuk dipahami pasangan kami, karena image yang timbul atas theater di tanah air kita ini banyak sekali yang miring.
Sahabatku ini bercerita pengalamannya berpacaran dengan dua mantannya yang kebetulan aku kenal dengan baik. Semasa pacaran, semuanya lebih banyak di warnai dengan hura-hura dan seneng-seneng, seperti pergi nonton dan makan, jarang ada pembicaraan serius diantara mereka. Rasanya janggal kalau kedua pemuda itu mulai merancang dan membicarakan kehidupan mereka setelah pernikahan. Kata sahabatku ini, sama sekali dia tidak bisa membayangkan, kehidupan seperti apa yang akan dimilikinya setelah menikah. Rasanya semuannya bias dan semu.
Hal inilah yang dia rasakan berbeda saat bertemu dan menjalin hubungan lebih lanjut dengan mantan pacarnya, yang saat ini berstatus suaminya. Usia pacaran mereka tergolong tidak terlampau lama, karena kurang dari 1 (satu) tahun pacaran, mereka memutuskan untuk melangsungkan pernikahan suci mereka melalui Sakramen Pernikahan yang mereka saling terimakan di Gereja St. Theresia, Menteng, Jakarta. Dengan pemuda ini, sahabat baikku mengakhiri masa lajangnya dan dengan pemuda inilah selama masa pacaran, mereka bisa merangkai dan merancang angan-angan kehidupan setelah pernikahan. Semuannya tidak lagi bias atau semu, semuannya begitu nyata, senyata yang dia jalani saat ini.
Cerita sahabatku ini jadi semakin menarik. Dalam memutuskan komitment untuk menikah adalah satu penting yaitu masalah penerimaan. Mereka bedua dapat menerima segala kelebihan dan kekurangan yang mereka miliki, bukan terbatas pada diri mereka masing-masing, tetapi juga masalah keluarga dan masa lalu. Dimana masalah-masalah ini juga akan memberikan dampak kepada kehidupan mereka di masa mendatang. Mereka sepakat untuk menghadapinya bersama. Sahabatku bilang, “Apa lah yang di cari seorang perempuan dari seorang laki-laki yang menjadi pendamping hidupnya? “ Jawabnya “Rasa aman dimana laki-laki yang kita pilih dapat menjadi tempat kita bersandar dan menakodahi bahtera perkawinan di dalam kesatuan besama Tuhan.” Sedangkan dari sisi seorang laki-laki juga tidak jauh bebeda, Seperti apakah perempuan yang mereka cari sebagai pendamping hidup mereka? Jawabnya kembali kepada esensi seorang wanita di ciptakan oleh Tuhan yaitu untuk menjadi seorang penolong bagi laki-laki itu. Sebuah ending yang sangat indah yang aku terima dari sharing sahabat baikku sendiri.
Aku melihat ini sebagai metamorfosis kehidupan seorang wanita, dari rangkaian perjalanan kehidupan sahabatku yang aku kenal 13 tahun yang lalu, mulai dari SMA, kuliah dan saat ini.
Kedua sahabat baikku, sudah melangkah satu langkah lebih maju dari diriku yaitu menjalani TRUE COMMITMENT mereka di dalam Tuhan, sampai maut memisahkan mereka dengan pasangannya.
Sunday, October 01, 2006
Di Penghujung Bulan September 2006
10/01/2006 06:56:00 AM
Posted by
Oephylle
Pagi ini bulan September telah berganti dengan bulan Oktober, kemarin adalah hari terakhir di Bulan September, telah banyak peristiwa yang boleh aku lalui sepanjang bulan September ini.
Sehari yang lalu, pagi-pagi aku pergi ke bengkel untuk memperbaiki mobilku. Sepulang dari menitipkan mobil di bengkel, aku merasa sangat kelelahan, akhirnya kuputuskan untuk beristirahat sejenak sambil menunggu mobilku selesai di perbaiki. Pastilah kalau sudah selesai bengkel itu akan menghubungi aku untuk menjemput mobilku. Sepertinya pagi mejelang siang hari itu aku tertidur, ketika tiba-tiba kudengar suara mamaku memanggil untuk makan siang, dan secara bersamaan HP-ku berbunyi, dan ternyata telepon dari Ketua Muda mudi di Gerejaku yang mengabarkan bahwa ada kebakaran di daerah salah seorang teman Muda mudi lainnya. Aku yang saat itu masih setengah sadar mengatakan bahwa aku akan segera menyusul kesana.
Aku turun dari kamarku dan menyelesaikan makan siangku sejenak dengan keluargaku, karena mama tidak memberiku berangkat sebelum aku makan. Segera kuselesaikan makan siangku dan berpamitan untuk membantu temanku itu. Sesampai disana ternyata rumah temanku dalam kondisi baik-baik saja, tetapi rumah Sopir yang bekerja di Gereja kami habis terbakar. Kami muda mudi Gereja bahu membahu untuk menolong keluarga Sopir Gereja kami dan mencarikan tempat tinggal di gereja. Setelah selesai membantu keluarga Sopir Gereja ini, kamipun mulai membantuk Seksi Sosial Gereja untuk mengumpulkan mie instan dan beras yang kemudian kami angkut dengan menggunakan mobil box untuk diantar ke posko di tempat RT/RW setempat.
Ini pengalaman pertama yang sangat nyata, membantu orang-orang yang kesusahan, beratnya barang-barang yang kami angkat tidak kami rasakan sebagai beban, duduk berhimpitan di dalam mobil box yang pengap dan kotor juga tidak kami persoalkan. Cuma semangat untuk membantu orang-orang yang kesusahan ini yang membuat diri kami tidak merasa kelelahan. Akhirnya setelah +/- 2 jam kami bekerja keras, kami membubarkan diri karena tugas membantu kami telah terselesaikan.
Kami pulang dengan perasaan prihatin, bahagia dan lainnya, perasaan yang sungguh-sungguh campur aduk seperti gado-gado. Tapi kuasa The Source sungguh luar biasa karena kami boleh alami dan turut ambil bagian di dalam kejadian ini. Meskipun secara materil banyak yang kehilangan, tempat tinggal, barang-barang berharga dan lainnya, tetapi The Source masih menyelamatkan Jiwa-Jiwa mereka. Sehingga tidak ditemukan adanya korban jiwa.
Ada hal yang membuat aku sempat terpekur melihat kondisi rumah-rumah disana, bagaimana tidak, kami semua aktif di Gereja yang memiliki bangunan yang cukup mengah, ternyata banyak teman-teman kami yang rumahnya berada diantara kali dan rel kereta api, di Jakarta rumah-rumah di tempat seperti ini sering disebut rumah liar dan di kategorikan sebagai rumah kumuh. Sebuah degradasi yang sangat menyolok antara mereka yang memiliki rumah mewah dan mobil mewah dengan rumah semi permanent dan perabot seadanya. Tetapi kami semua di Gereja tidak pernah mempermasalahkan perbedaan itu, dan boleh di bilang selama kami aktif di Gereja tidaklah pernah kami memandang itu sebagai suatu perbedaan, buat kami semua, kami adalah sama, kami memiliki talenta yang berbeda satu dengan lainnya dan itulah yang membuat kami menjadi berarti untuk diri kami sendiri dan untuk orang lain.
Sebuah Peristiwa yang luar biasa di penghujung Bulan September 2006 ini.
Sehari yang lalu, pagi-pagi aku pergi ke bengkel untuk memperbaiki mobilku. Sepulang dari menitipkan mobil di bengkel, aku merasa sangat kelelahan, akhirnya kuputuskan untuk beristirahat sejenak sambil menunggu mobilku selesai di perbaiki. Pastilah kalau sudah selesai bengkel itu akan menghubungi aku untuk menjemput mobilku. Sepertinya pagi mejelang siang hari itu aku tertidur, ketika tiba-tiba kudengar suara mamaku memanggil untuk makan siang, dan secara bersamaan HP-ku berbunyi, dan ternyata telepon dari Ketua Muda mudi di Gerejaku yang mengabarkan bahwa ada kebakaran di daerah salah seorang teman Muda mudi lainnya. Aku yang saat itu masih setengah sadar mengatakan bahwa aku akan segera menyusul kesana.
Aku turun dari kamarku dan menyelesaikan makan siangku sejenak dengan keluargaku, karena mama tidak memberiku berangkat sebelum aku makan. Segera kuselesaikan makan siangku dan berpamitan untuk membantu temanku itu. Sesampai disana ternyata rumah temanku dalam kondisi baik-baik saja, tetapi rumah Sopir yang bekerja di Gereja kami habis terbakar. Kami muda mudi Gereja bahu membahu untuk menolong keluarga Sopir Gereja kami dan mencarikan tempat tinggal di gereja. Setelah selesai membantu keluarga Sopir Gereja ini, kamipun mulai membantuk Seksi Sosial Gereja untuk mengumpulkan mie instan dan beras yang kemudian kami angkut dengan menggunakan mobil box untuk diantar ke posko di tempat RT/RW setempat.
Ini pengalaman pertama yang sangat nyata, membantu orang-orang yang kesusahan, beratnya barang-barang yang kami angkat tidak kami rasakan sebagai beban, duduk berhimpitan di dalam mobil box yang pengap dan kotor juga tidak kami persoalkan. Cuma semangat untuk membantu orang-orang yang kesusahan ini yang membuat diri kami tidak merasa kelelahan. Akhirnya setelah +/- 2 jam kami bekerja keras, kami membubarkan diri karena tugas membantu kami telah terselesaikan.
Kami pulang dengan perasaan prihatin, bahagia dan lainnya, perasaan yang sungguh-sungguh campur aduk seperti gado-gado. Tapi kuasa The Source sungguh luar biasa karena kami boleh alami dan turut ambil bagian di dalam kejadian ini. Meskipun secara materil banyak yang kehilangan, tempat tinggal, barang-barang berharga dan lainnya, tetapi The Source masih menyelamatkan Jiwa-Jiwa mereka. Sehingga tidak ditemukan adanya korban jiwa.
Ada hal yang membuat aku sempat terpekur melihat kondisi rumah-rumah disana, bagaimana tidak, kami semua aktif di Gereja yang memiliki bangunan yang cukup mengah, ternyata banyak teman-teman kami yang rumahnya berada diantara kali dan rel kereta api, di Jakarta rumah-rumah di tempat seperti ini sering disebut rumah liar dan di kategorikan sebagai rumah kumuh. Sebuah degradasi yang sangat menyolok antara mereka yang memiliki rumah mewah dan mobil mewah dengan rumah semi permanent dan perabot seadanya. Tetapi kami semua di Gereja tidak pernah mempermasalahkan perbedaan itu, dan boleh di bilang selama kami aktif di Gereja tidaklah pernah kami memandang itu sebagai suatu perbedaan, buat kami semua, kami adalah sama, kami memiliki talenta yang berbeda satu dengan lainnya dan itulah yang membuat kami menjadi berarti untuk diri kami sendiri dan untuk orang lain.
Sebuah Peristiwa yang luar biasa di penghujung Bulan September 2006 ini.
Subscribe to:
Posts (Atom)